oleh : Dr. KH. Ahsin Sakho Muhammad
Al-Qur'an adalah kitab suci umat Islam yang berfungsi sebagai petunjuk atau hidayah bagi segenap umat manusia. Oleh karena itu Al-Qur'an banyak sekali menyorot tentang hidup dan kehidupan umat manusia, dari berbagai macam sudutnya. Ada yang dari sudut biologisnya, ada yang dari antropologinya, ada yang dari segi watak dan tabi'atnya dan lain sebagainya.,
Dari aspek kemanusiaan yang disorot oleh Al-Qur'an ialah tentang kejadian asal manusia, baik manusia pertama maupun manusia keturunannya. Al-Qur'an bercerita tentang situasi seorang ibu yang sedang mengandung, lalu anjuran untuk menyusukan anaknya sampai dua tahun, kemudian hukum tentang persusuan, lalu hal-hal yang berkaitan dengan kewajiban orang tua memberikan bekal berupa pengetahuan agama kepada anak-anaknya, sebagaimana yang diceritakan pada surat Luqman, begitu juga hal yang berkaitan dengan mengasuh anak yatim, dan kapan seorang wali menyerahkan harta anak yatim kepadanya. Lalu jika anak sudah besar apa yang dilakukan oleh orang tua dalam memilihkan jodoh untuk anak-anaknya. Siapa saja yang bisa dikawin dan siapa saja yang tidak boleh dikawin/dinikahi baik secara sementara atau untuk selamanya.
Kemudian Al-Qur'an juga menjelaskan tentang kriteria kesalehan seseorang sebagai pilihan terbaik bagi calon menantunya. Al-Qur'an juga menjelaskan tentang hak dan kewajiban seorang suami dan seorang isteri. Bagaimana jika salah satu diantara keduanya tidak melakukan kewajibannya. Kemudian jika percekcokan diantara suami isteri tidak lagi bisa didamaikan, sehingga terjadilah talak, langkah-langkah apa saja sebelum suami menjatuhkan talak? Kemudian jika talak telah terjadi apa hakikat hukumnya? Kemudian jika salah satu diantara suami/isteri ada yang meninggal, apa implikasi hukumnya?
Begitulah pada masalah kekurangan yang merupakan bagian dari kehidupan, Al-Qur'an berbicara secara lugas dan gamblang memberikan penjelasan dan petunjuk bagaimana sebenarnya kehidupan seseorang itu dikelola?
Jika hal-hal di atas berkaitan dengan kekurangan, maka Al-Qur'an juga menjelaskan tentang hubungan antar manusia untuk menunjang kehidupannya, seperti tentang jual beli, gadai-menggadai dan lain sebagainya. Kemudian dalam interaksi dengan sesama manusia, sudah tentu ada percekcokan yang sering kali berakhir dengan penganiayaan bahkan pembunuhan. apa akibat hukum dari pembunuhan ini? dan masih banyak lagi persoalan kemanusiaan yang digarap oleh Al-Qur'an dengan secara transparan dan lugas. Jika keterangan Al-Qur'an dirasa masih global maka hadis Nabilah yang akan menjelaskannya.
Begitulah pada masalah kekurangan yang merupakan bagian dari kehidupan, Al-Qur'an berbicara secara lugas dan gamblang memberikan penjelasan dan petunjuk bagaimana sebenarnya kehidupan seseorang itu dikelola?
Jika hal-hal di atas berkaitan dengan kekurangan, maka Al-Qur'an juga menjelaskan tentang hubungan antar manusia untuk menunjang kehidupannya, seperti tentang jual beli, gadai-menggadai dan lain sebagainya. Kemudian dalam interaksi dengan sesama manusia, sudah tentu ada percekcokan yang sering kali berakhir dengan penganiayaan bahkan pembunuhan. apa akibat hukum dari pembunuhan ini? dan masih banyak lagi persoalan kemanusiaan yang digarap oleh Al-Qur'an dengan secara transparan dan lugas. Jika keterangan Al-Qur'an dirasa masih global maka hadis Nabilah yang akan menjelaskannya.
Dari sekian banyak persoalan kemanusiaan yang dikupas oleh Al-Qur'an adalah aspek yang berkaitan dengan Sex dan Sensualitas wanita.
Kedua aspek tersebut walaupun kadangkala dianggap tidak pantas dibahas oleh sebagian kalangan atau luput dibahas, akan tetapi pembahasan kedua aspek tersebut mendapat porsi yang cukup dari Al-Qur'an. Dari sisi lain kita melihat bahwa manusia tidak akan terlepas dari persoalan ini, sebab timbulnya keluarga dan adanya kasus-kasus perzinaan adalah karena persoalan ini. Yang menjadi persoalan adalah bagaimana Al-Qur'an menyajikan persoalan ini? inilah yang akan penulis kemukakan pada tulisan sederhana ini.
Al-Qur'an dan Perempuan
Al-Qur'an menaruh perhatian yang demikian tinggi pada persoalan-persoalan perempuan. Bahkan Al-Qur'an
Al-Qur'an menaruh perhatian yang demikian tinggi pada persoalan-persoalan perempuan. Bahkan Al-Qur'an
mencantumkan salah satu dari surat-suratnya dengan nama surat "An-Nisa" atau surat tentang "perempuan". Dalam surat ini dan dalam bagian-bagiannya lainnya Al-Qur'an bercerita tentang perempuan secara luas, dari asal ciptaannya, lalu keharusan untuk memperlakukan wanita dengan baik. Inilah substansi persoalan tentang kewanitaan. Hal itu dilakukan oleh Al-Qur'an mengingat wanita pada abad-abad sebelum Al-Qur'an diturunkan, terutama di semenanjung Arab, wanita diperlakukan dengan sangat tidak adil, seperti tidak mendapatkan warisan, bahkan dirinya sendiri bisa menjadi barang warisan, diceraikan oleh suaminya tanpa ada batas, kalau masa 'Iddahnya sudah mendekati habis ia dirujuk kembali oleh suaminya dan begitu seterusnya. Lelaki bisa menikahi banyak wanita tanpa batas, sehingga kehidupan mereka tidak terurus dan lain-lainnya. Semuanya itu jelas sangat merendahkan martabat kaum wanita. Oleh karena itu Al-Qur'an tampil kepermukaan untuk mengangkat harkat dan martabat kaum wanita yang sebenarnya mereka adalah manusia sebagaimana lelaki juga, yang mempunyai hak dan kewajiban sebagaimana kaum lelaki yang telah diatur oelh Allah.
Sifat-sifat Wanita
Dari sekian banyak ayat yang bercerita tentang wanita ada ayat-ayat yang bercerita tentang segi-segi kepribadian wanita diantaranya adalah :
1. Pemalu
Salah satu sifat seorang wanita yang sesuai dengan fitrahnya adalah "Pemalu". Dengan sifat ini seorang perempuan diharapkan bisa menjaga dirinya dari hal-hal yang dilarang oleh agama. Wanita mempunyai faktor yang cukup kuat melebihi dari kaum lelaki untuk terjadinya satu perzinaan. Dari raut wajah, lekukan tubuh, sampai cara berjalan cukup membuat lawan jenisnya (lelaki) tertarik untuk melirik dan kalau perlu bisa mendekati dan seterusnya. Apalagi ditopang oleh kelemahan mereka secara fisik. Jika pada situasi yang biasa wanita sudah mempunyai daya tarik sendiri bagi lelaki, apalagi jika wanita tersebut memperlihatkan bagian-bagian tubuhnya yang menarik dipandang oleh kaum lelaki, ini akan lebih merangsang lagi. Oleh karena itu tidak heran jika dalam surat An-Nur : 2, kata (الزانية) yang artinya "perempuan yang berzina" lebih didahulukan dari kata (الزانى) yaitu "lelaki yang berzina", yaitu karena faktor-faktor tersebut diatas. Dengan demikian maka seorang wanita perlu dibalut dengan sifat "malu". Jika sifat ini masih didobrak oleh wanita, seperti melakukan perzinaan, maka ini sudah keterlaluan. Untuk alasan yang satu ini juga kenapa wanita dalam soal perzinaan lebih didahulukan dari lelaki. Sebagian mufassirin berkata bahwa perbuatan zina pada diri seorang perempuan lebih jelek lagi (lihat Assabuni, Shafwatuttafsir).
Sifat-sifat Wanita
Dari sekian banyak ayat yang bercerita tentang wanita ada ayat-ayat yang bercerita tentang segi-segi kepribadian wanita diantaranya adalah :
1. Pemalu
Salah satu sifat seorang wanita yang sesuai dengan fitrahnya adalah "Pemalu". Dengan sifat ini seorang perempuan diharapkan bisa menjaga dirinya dari hal-hal yang dilarang oleh agama. Wanita mempunyai faktor yang cukup kuat melebihi dari kaum lelaki untuk terjadinya satu perzinaan. Dari raut wajah, lekukan tubuh, sampai cara berjalan cukup membuat lawan jenisnya (lelaki) tertarik untuk melirik dan kalau perlu bisa mendekati dan seterusnya. Apalagi ditopang oleh kelemahan mereka secara fisik. Jika pada situasi yang biasa wanita sudah mempunyai daya tarik sendiri bagi lelaki, apalagi jika wanita tersebut memperlihatkan bagian-bagian tubuhnya yang menarik dipandang oleh kaum lelaki, ini akan lebih merangsang lagi. Oleh karena itu tidak heran jika dalam surat An-Nur : 2, kata (الزانية) yang artinya "perempuan yang berzina" lebih didahulukan dari kata (الزانى) yaitu "lelaki yang berzina", yaitu karena faktor-faktor tersebut diatas. Dengan demikian maka seorang wanita perlu dibalut dengan sifat "malu". Jika sifat ini masih didobrak oleh wanita, seperti melakukan perzinaan, maka ini sudah keterlaluan. Untuk alasan yang satu ini juga kenapa wanita dalam soal perzinaan lebih didahulukan dari lelaki. Sebagian mufassirin berkata bahwa perbuatan zina pada diri seorang perempuan lebih jelek lagi (lihat Assabuni, Shafwatuttafsir).
3. Ingin Diperhatikan
Diantara sifat wanita yang bisa kita amati dari pernyataan Al-Qur’an adalah sifatnya yang selalu ingin diperhatikan. Hal tersebut bisa kita amati dari ayat :
ولا يَضْرِبْنَ بِاَرْجُلِهِنَّ لِيَعْلَمَ مَا يخفين مِنْ زِيْنَتِهِنَّ ) )
Artinya : “Dan janganlah mereka (wanita-wanita itu) memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikannya”.( Q.s. An-Nur : 31)
Konteks ayat tersebut berkaitan dengan keharusan wanita muslimah tidak memperlihatkan anggota tubuh yang menjadi tempat perhiasan mereka kepada mahramnya dan orang lain yang mendapat pengecualian khusus. Diantara perhiasan yang mereka pakai adalah pehiasan yang ada di kaki yang jika dihentakkan akan mengeluarkan suara bergemerincing. Kata ( لِيَعْلَمَ ) yang artinya “agar supaya diketahui” menandakan bahwa dengan adanya suarra gemerincing tersebut wanita itu “ingin diperhatikan” terutama oleh lawan jenisnya.
Namun apakah ketidak bolehan tersebut terkait hanya pada hiasan kaki saja. Hemat penulis tidaklah demikian. Al-Qur’an hanya memperlihatkan budaya wanita pada saat itu. Namun substansi yang bisa dipetik dari ayat tersebut adalah seorang wanita muslimah tidak boleh menggerak-gerakkan badannya secara sengaja dan diluar kewajarannya untuk menarik lawan jenisnya, seperti berjalan dengan berlenggak lenggok yang tidak wajar dan dibuat-buat.
Salah satu sikap ingin diperhatikan, terlebih oleh lawan jenisnya ialah memakai parfum atau wangi-wangian yang bisa mempengaruhi orang lain, bahkan parfum yang mempunyai bau aroma yang khas untuk wanita bisa lebih mempengaruhi kaum lelaki dari suara gemerincing yang ditimbulkan dari hentakan kaki wanita arab saat Al Qur’an diturunkan. Jika hentakan kaki yang disertai gemerincing suara perhiasan saja sudah dilarang, maka jelas pemakaian parfum untuk tujuan mempengaruhi dan diperhatikan oleh orang lain, mestinya lebih dilarang lagi. Oleh karena itu pantaslah jika Nabi memperingatkan kepada mereka dengan sabdanya :
Artinya : “ Dimana ada wanita yang memakai wangi-wangian, lalu menghampiri satu kaum agar supaya mereka menghirup bau wanginya, maka sesungguhnya dia itu (wanita itu) adalah “pezina” maksudnya menciptakan peluang untuk terjadinya pezinaan”.
Salah satu daya pikat perempuan pada waktu Al Qur’an diturunkan ialah membiarkan bagian leher dan sebagian dadanya terbuka. Dan memang bagian-bagian ini juga termasuk daya pikat dan daya rangsang terhadap lawan jenisnya. Cara yang sedemikian ini akhirnya dikritik oleh Al Qur’an melalui firman-Nya dalam surat Al Ahzab : 59)
( ياايهاالنبى قل لأزواجك وبناتك ونساء المؤمنين يدنين عليهن من جلابيهن )
Artinya : “Hai Nabi katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin, hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya keseluruh tubuh mereka”.
Begitu juga dengan Firman Allah pada Al Qur’an Surat An-Nur ayat 31 yang berbunyi :
( وَلْيَضْرِبْنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلَى جُيُوْبِهِنَّ )
Artinya : “ Dan hendaknya mereka menutupkan kain kerudungnya ke dadanya”.
Daya pikat wanita lainnya yang berkaitan dengan kesenangannya bersolek dan berhias, sebagaimana telah dijelaskan di atas, beberapa anggota tubuh yang diberi perhiasan dan asesoris seperti tempatnya anting-anting, kalung dan lainnya sebagainya. Allah melarang mereka untuk memperlihatkan anggota tubuh yang diberi perhiasan tersebut melalui firman-Nya :
( ولا يبدين زينتهن إلا ما ظهرمنها )
Artinya : “Dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya kecuali yang biasa nampak dari padanya”.
Maksud tidak boleh menampakkan perhiasannya ialah anggota tubuh yang dipasangi perhiasan-perhiasan tersebut, bukan perhiasannya. Karena disitulah letak daya pikatnya.
Daya pikat lain yang bisa mengundang perhatian dari lawan jenisnya ialah suaranya. Suara wanita jika dikeluarkan dengan biasa dan wajar, akan nampak biasa biasa saja. Namun jika suara itu sengaja dilemah lembutkan, akan mempunyai daya pikat tersendiri. Itulah sebabnya Al Qur’an melarang isteri-isteri Nabi melemah lembutkan suara mereka, khawatir didengarkan oleh orang yang mempunyai hati yang “sakit”. Firman Allah dalam surat Al-Ahzab ; 32)
ولانخضعن باالقول فيطمع الذي فى قلبه مرض
rtinya : “Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya”.
pada konteks zaman sekarang, pekerjaan pikat memikat dari seorang wanita kepada lawan jenisnya dan begitu juga sebaliknya, melebihi dari apa yang dikemukakan oleh Al Qur’an. Dan bahkan sudah menjadi mode tersendiri dan ada ahli dan perancangnya. Dari soal mode pakaian, dandanan yang seksi, perhiasan dan assesoris yang menambah kefeminiman seorang wanita, parfum yang mendebarkan hati, tari tarian yang eksotis dan menggairahkan birahi dan lain sebagainya.
Substansi dari seluruh persoalan diatas adalah bahwa Al Qur’an merasa berkewajiban membatasi dan memagari pengikutnya agar tidak melakukan perbuatan yang pada akhirnya menjurus kepada perbuatan perzinaan yang sangat dimurkai oleh Allah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar